-->
HALAMAN
I 1 I 2 I 3 I 4 I 5 I
-->
Akhirnya, kita sampai di tempat tujuan “pelarian” sang bidadari dan si mahasiswa. Itu tuh, tempat istimewa yang katanya “sungguh menakjubkan”.
Bisakah kau menebak tempat apakah itu? Kalau tebakanmu tepat, itu berarti kau cukup jenius untuk menyelami kepolosan jiwa kanak-kanak sang bidadari. Untuk itu, aku mau memberimu hadiah berupa selusin anak-anak dari panti asuhan yatim-piatu. Biar pahala amalmu makin banyak.
Namun kalau tebakanmu keliru, maka itu berarti dirimu sama bodohnya dengan diriku. (Sssttt… Sesama orang bodoh dilarang saling sok tahu.) Pasalnya, saat nonton drama ini, tebakanku keliru.
Aku sangka, tempat istimewa yang “sungguh menakjubkan” itu suatu arena bermain yang baru, yang lain dari yang lain. Ternyata….
“Woong! Di restoran ini, mereka baru saja menyembelih sapi,” kata sang bidadari seusai menarik tangan Dae Woong dan membawanya ke temuan istimewanya yang “sungguh menakjubkan” ini.
Menu “spesial” di restoran itulah yang sangat menakjubkan bagi si gadis polos. Dengan hati berbunga-bunga, ingin sekali dia melahapnya. Nafsu makannya ini terlihat gamblang dalam adegan di bawah ini.

Dengan nada manja dan ekspresi penuh harap, si gadis memberitahu Dae Woong, “Hari ini aku ingin makan sapi segar yang baru saja disembelih.”
Hahaha…. Ketawaku langsung meledak. Lucu banget! Kok bisa ya, orang dewasa sepolos itu. Kepolosannya melebihi anak-anak di sekitarku.
Haha.. hepb. Tiba-tiba kuhentikan ketawaku.
Mengapa? Karena aku ingat keadaan diriku sendiri. Terpikir olehku, mengapa tak pernah aku tertawakan diriku sendiri. Padahal nafsu makanku selama ini tak berbeda jauh dengan si gadis polos. Malah mungkin lebih keterlaluan. Aku jadi malu sendiri.
Bayangkan. Selama ini, aku suka pilih-pilih makanan enak. Kalau makanannya kurang lezat menurut lidahku, aku tak mau melahapnya. Kalau kudengar ada santapan lezat, di mana pun berada, maka lautan kuseberangi, gunung pun kudaki. Entah sudah berapa uang telah kubuang untuk memenuhi nafsu perutku dengan mengatasnamakan wisata kuliner.
Kini aku pun merasa tersindir saat menyimak tanggapan Dae Woong yang langsung terkejut ketika mendengar permintaan pacarnya. Ia berkata, “Daging sapi lagi? Tidak bisa.”
Si gadis terdiam. Ia agak kaget. Mungkin ia tak mengerti mengapa hari ini tak bisa makan.
“Miho, aku benar-benar tak punya uang. Jadi, tidak ada daging sapi untuk makan kita hari ini.” Dae Woong menerangkan.
Ooo, nama panggilan bidadari kita ternyata Miho. Nama lengkapnya tentu Gumiho, sesuai dengan judul serial drama ini. (Gumiho = siluman rubah berekor sembilan.)
Pantesan, daging segar di restoran ini dia anggap “sungguh menakjubkan”. Sebab, sebagaimana semua binatang buas, makanan utamanya adalah daging.
Lantas, bagaimana kalau Dae Woong tak bisa menyediakan daging sapi untuk Miho?
“Tidak bisa?” tanya Miho meminta konfirmasi. Ia tersenyum simpul. Matanya menatap tajam ke arah Dae Woong. Entah apa maknanya.
DUONG… DUONG… DUONG…. Tiba-tiba suara musik latar berubah drastis. Tadi bernuansa drama, kini bercorak horor. Ini pertanda bahwa kita akan menyaksikan adegan-adegan misterius yang menegangkan.
--> HALAMAN
I 1 I 2 I 3 I 4 I 5 I